Diferensiasi dan maturasi eritrosit
meliputi pembentukan (in order) proeritroblas, eritroblas basofilik, eritroblas
polikromatofilik, retikulosit eritroblas ortokromatofilik (normoblas), dan
eritosit). Sel pertama yang dikenali dalam seri eritroid adalah proeritroblas.
Proeritroblas merupakan sel yang besar, dengan kromatin longgar, berikatan dan
anak inti yang jelas kehilatan; sitoplasma basofilik. Tahap selanjutnya
diwakili oleh eritoblas basofilik dengan sitoplasma basofilik kuat dan suatu
nucleus padat yang tidak memperlihatkan nucleolus. Sifat basofil dari kedua
tipe sel ini disebabkan oleh sejumlah besar poliribosom yang ikut di dalam
sintesis hemoglobin. Selama tahap berikutnya, poliribosom berkurang dan daerah
sitoplasma mulai dipenuhi oleh hemoglobin. Pada tahap berikutnya, nucleus terus
memadat dan tidak ada sitoplasma basofil yang terlihat, menghasilkan suatu
sitoplasma asidofilik uniformis-eritroblas ortokromatofilik. Pada suatu saat,
sel ini melahirkan suatu seri tonjolan sitoplasma dan mendorong nukleusnya,
dimasukkan dalam suatu lapisn tipis sitoplasma. Sisa sel masih mempunyai
sejumlah kecil poliribosom yang, ketika diberi pewarnaan supravital brilliant
cresyl blue, beragregasi untuk membentuk suatu jaringan kerja yang berwarna.
Sel ini adalah retikulosit, yang segera kehilangan poliribosomnya dan menjadi
sel darah merah yang matang (eritrosit).[1]
Apabila sel- sel induk primitive
membelah diri, anak-anak selnya mendiferensiasi diri menjadi eritrosit. Mereka
membesar, kehilangan nukleusnya, dan mengisi sitoplasma mereka dengan hemoglobin.
Proses ini dapat dibagi dalam tiga tahap yang dapat dibedakan; proeritroblas,
eritroblas, dan normoblas, meskipun seperti biasanya, pembedaan seperti itu
bersifat semaunya.
1.
Proeritroblas merupakan tahap
awal yang dapat dibedakan dalam perkembangan sel darah merah. Ia berbeda dengan
promyelosit secara berikut. Ia sedikit lebih kecil dan mempunyai nucleus yang
lebih kromatis; hemoglobinnya mulai berkembang di dalam sitoplasma; pada tahap
ini sitoplasmanya basa, seperti sitoplasma dari hemasitoblas dan promyelosit,
tetapi kehadiran hemoglobin memberikan warna sedikit keungu- unguan atau
keabu-abuan padanya.
2.
Pada tahap berikutnya, tahap
eritroblas, serangkaian perubahan lambat laun berkembang sewaktu selnya
membelah diri. Perubahan ini dari dua jenis, peningkatan jumlah hemoglobin
dalam sitoplasma dan penurunan dalam besarnya sel dan nukleusnya. Perubahan
jenis pertama terjelma secara morfologis sebagai pergeseran warna dari biru
keabu-abuan dari proeritroblas menjadi merah jambu yang karakteristik untuk
eritrositnya. Jika warna merah jambu itu telah berkembang sepenuhnya,
sel-selnya disebut normoblas (normoblast).
3.
Suatu normoblas hanya sedikit
lebih besar daripada suatu suatu eritrosit tetapi berbeda dengannya karena
mempunyai nucleus. Normoblas itu mengalami beberapa pembelahan; selama
pembelahan itu nucleus mereka menjadi lambat-laun lebih kecil dan lebih gelap.
Akhirnya nucleus normoblas itu tereduksi menjadi suatu sosok padat yang
berwarna tua sekali, dan jika ini didorong kelur dari permukaannya, maka selnya
menjadi sel darah merah yang telah berkembang sepenuhnya.[2]
0 komentar:
Posting Komentar